“Karena
dadakan selalu jadi, dan terencana hanyalah basa-basi. Hehe”
Sebuah cerita singkat
tentang cara gua menikmati akhir tahun dan awal tahun di kawasan antah berantah
Kepulauan Seribu. Bermodalkan niat dadakan akhirnya pada tanggal 30 Desember
2019 pagi gua memutuskan langkah menuju pelabuhan Sunda Kelapa guna menumpang
Kapal Ferry Sabuk Nusantara yang akan menyebrang hingga ke Pulau Harapan (Nama Pulau di Kepulauan Seribu). Selama
empat tahun hidup di Jakarta gua selalu menjalani tahun baru yang begitu-begitu
saja dan terkesan hedon bar-bar, tapi kali ini gua mencoba cara beda dan
menantang ombak akhir tahun yang konon katanya dapat mengundang nyawa. Benar
saja selama perjalanan terombang-ambing di laut Jawa, cuaca agak kurang
bersahabat dan kerap turun hujan. Waktu tempuh ke Pulau Harapan dengan
menumpang Ferry ini lumayan lama sekitar 5 Jam karena harus transit di beberapa
pulau lain seperti Pulau Pramuka dan Pulau Untung Jawa, namun soal harga ramah
di kantong yaitu sekitar Rp. 6.500 saja karena kapal ini mendapat subsidi dari
pemerintah. Btw, gua jadi akrab
juga kok sama kru kapal nya termasuk kapten, dan mereka asyik banget bahkan
wawasan gua tentang dunia kelautan sedikit bertambah.
Sampai di Pulau Harapan
dan Kelapa, kepala pusing bukan kepalang bukan karena sakit namun karena
bingung. Gua benar-benar minim info tentang daerah tersebut, banyak calo
penginapan yang menawarkan harga kamar setinggi langit ya katanya sih because new year effect. Namun, entah
kenapa setiap gua melakukan perjalanan random selalu saja ada jalan menuju
hemat Haha. Akhirnya gua menumpang di salah satu rumah warga yang katanya “bayar saja seikhlasnya”. Sebagai anak alam ini adalah umpan manis yang tak
boleh dipikirkan berkali-kali, angkat ransel lalu cus berangkat gua capek
pengen rebahan bentar.
Sebenarnya selama di Pulau Harapan dan Kelapa ini gua ga neko-neko buat
keliling sini-situ, gua cuman kepengen menikmati sisi lain Ibu Kota dan ingin
lepas beban lalu daur ulang energi. Berbaur dengan warga sekitar, menjajaki
jalan setapak yang bebas asap roda empat, dan membalurkan air laut jernih di
antara kaki adalah cara gua menikmati ujung tahun 2019. Mondar-mandir naik kapal
tradisional yang ongkos jalanya hanya Rp. 2.000 menjadi hobi gua, “Bang taman
nasional yak” teriak gua kepada sang nahkoda handal tersebut. Anak-anak melontarkan
berbagai lelucon garing yang kadang dapat dengan mudah gua imbangi, biasa gua
kan pakar receh. Hahhh, pengen terus senyaman ini dan sekanak-kanakan begini,
jadi orang dewasa tu lelah ya dan kalo bisa terus jadi bocil gua mau kok. Tapi
jadi dewasa itu tanggung jawab kok, karena roda kehidupan harus terus berputar.
Nggak banyak cerita menarik sih sebenarnya, karena kalo dilihat dari sisi
travellingnya ya gitu-gitu aja, namun prinsip hematnya masih tetap gua bawa
kok. FYI gua cuman habis sekitar 250K doang kok selama di Pulau Harapan dengan
estimasi waktu 3 hari 2 malam udah termasuk tiket kapal PP, biaya nginep, dan
jajan. Oiya jangan kaget ya kalo kalian beli cimol di Pulau Seribu mahal-mahal,
wajar ya karena ongkir bahan bakunya lumayan mahal ya. Sebenarnya gua nggak
sendiri-sendiri amat kesana, ada satu partner yang kalian gak harus tau dia
siapa bisa ngebawa suasana liburan gua jauh lebih baik, intinya terimakasih.
Setelah perjalanan ini gua merasa jauh lebih siap buat ngehadapin 2020 yang
rasanya bakal sangat berat buat dilewati karena tahun ini konsep gua ialah “Reborn”
dan pengen memulai semuanya dengan baik dan konsisten. Semoga kita tetap
konsisten dengan tujuan-tujuan baik kita ya, terus menebar kebermanfaatan dan
jauhi kesesatan. Enjoy your journey!
Ini Rio yg dulu di Raden Saleh bukan mas? Saya Nurul Huda he