Lagi-lagi jatuh membuatku
banyak belajar, ternyata untuk bangkit dan tegak kembali memang butuh effort yang kuat. Aku lupa bagaimana
rasanya tertawa lepas tanpa dibalut kepalsuan, semua yang terhampar di hadapku
saat ini hanyalah ruang hampa, tak bercela, dan tak layak tuk ditinggali. Aku
tahu gagal adalah bagian dari proses, terhempas, terjatuh, hingga terkungkung
rasa malu pun juga bagian dari proses. Akupun percaya dengan istilah “Time will tell”, but when? Manusia hanya
bisa bersabar dan terus berupaya, terutama aku yang jarang terlihat ada di mata
kebanyakan orang. Kehadiranku bersifat semu, tersasai diantara mereka yang
sibuk menertawakan eksitensiku yang nampak tak berguna.
Lagi-lagi sabar adalah
kunci, karena aku paham yang bisa menguatkan diri sendiri ialah diri itu sendiri,
bukan siapapun yang lain. Siklus senang ke sedih dan senang lalu sedih lagi
acap kali aku lewati, tak pernah sedikitpun terlintas dipikiran kalimat “sudah
aku lelah, tidak sanggup lagi, aku menyerah, dan aku ingin mati saja” mungkin
jika tuhan tidak bersamaku bisa saja sudah dari dulu aku mati. Sekeras itu
membendung air mata, sekuat itu menerabas hala rintang, dan sepintar itu aku
bersembunyi dari rasa pahit.
Mungkin bagi sebagian
orang kalimat-kalimat di atas tertulis klise dan hiperbola, iya tapi bagiku
ungkapan ini adalah bentuk apresiasi tinggi terhadap upayaku selama ini, hingga
detik ini jatah gagalku semakin kupertipis dan garis finish ku tak jauh lagi
akan terinjaki. Untuk saat ini aku hanyalah penonton dibelakang layar bahagia
kalian, aku bahagia melihat senyum sumringah rekanku, aku bangga melihat mereka
berproses jauh lebih baik dariku dan ini menandakan aku harus belajar lebih
banyak.
Sedikit berkelakar, aku
terlalu bisa menggurui orang lain dengan kalimat-kalimat motivasi itu, aku
terbiasa mengucap selamat tanpa pernah tau bagaimana rasanya diucapkan selamat
dengan tulus, aku terlalu biasa merangkul kala ia bersedih tanpa pernah
mengerti bagaimana rasanya pelukan dan rangkulan kala aku yang bersedih.
Berdikari mungkin sudah semendarah daging ini di jiwaku, selalu bersedia direpotkan
tanpa mau merepotkan pun adalah salah satu upayaku untuk dianggap ada, selalu
berusaha jadi yang paling jujur walau kadang mengancam hidupku sendiri pun
seolah-olah telah menjadi rutinitas, namun aku selalu bersyukur menjadi manusia
yang seperti ini.
Tuhan, aku benar-benar
sendiri saat ini, bahkan akupun sukar percaya pada mereka yang berkata “I’ll stand beside you and hold your hand
24/7” serius aku sukar sekali percaya, maaf. Dijalani pun ini terlihat
mulai gila, namun aku percaya pada “masa itu akan tiba”. Aku ingin segera
membalas budi pada ragaku sendiri, membiarkan ia benar-benar bisa
bermalas-malasan atas segala jerih payah yang telah diperjuangkan, sama-sama
menikmati akhir dunia sampai waktu pulang itu tiba dan aku pun siap sedia tanpa
ragu.
Semoga apa yang
kusemogakan akan segera tersemogakan, karena perjuangan tak akan pernah mati.
Note : Tulisan ini dibuat
sebelum aku sukses dan akan dibaca kembali setelah aku sukses, dan sebagai
reminder.
Kereeen... Semoga segera sukses.