-->
mrioaldino
mrioaldino Optimistic man!

Sajak 7 : Time Will Tell.

1 komentar


Hasil gambar untuk time will tell"
Lagi-lagi jatuh membuatku banyak belajar, ternyata untuk bangkit dan tegak kembali memang butuh effort yang kuat. Aku lupa bagaimana rasanya tertawa lepas tanpa dibalut kepalsuan, semua yang terhampar di hadapku saat ini hanyalah ruang hampa, tak bercela, dan tak layak tuk ditinggali. Aku tahu gagal adalah bagian dari proses, terhempas, terjatuh, hingga terkungkung rasa malu pun juga bagian dari proses. Akupun percaya dengan istilah “Time will tell”, but when? Manusia hanya bisa bersabar dan terus berupaya, terutama aku yang jarang terlihat ada di mata kebanyakan orang. Kehadiranku bersifat semu, tersasai diantara mereka yang sibuk menertawakan eksitensiku yang nampak tak berguna.

Lagi-lagi sabar adalah kunci, karena aku paham yang bisa menguatkan diri sendiri ialah diri itu sendiri, bukan siapapun yang lain. Siklus senang ke sedih dan senang lalu sedih lagi acap kali aku lewati, tak pernah sedikitpun terlintas dipikiran kalimat “sudah aku lelah, tidak sanggup lagi, aku menyerah, dan aku ingin mati saja” mungkin jika tuhan tidak bersamaku bisa saja sudah dari dulu aku mati. Sekeras itu membendung air mata, sekuat itu menerabas hala rintang, dan sepintar itu aku bersembunyi dari rasa pahit.

Mungkin bagi sebagian orang kalimat-kalimat di atas tertulis klise dan hiperbola, iya tapi bagiku ungkapan ini adalah bentuk apresiasi tinggi terhadap upayaku selama ini, hingga detik ini jatah gagalku semakin kupertipis dan garis finish ku tak jauh lagi akan terinjaki. Untuk saat ini aku hanyalah penonton dibelakang layar bahagia kalian, aku bahagia melihat senyum sumringah rekanku, aku bangga melihat mereka berproses jauh lebih baik dariku dan ini menandakan aku harus belajar lebih banyak.

Sedikit berkelakar, aku terlalu bisa menggurui orang lain dengan kalimat-kalimat motivasi itu, aku terbiasa mengucap selamat tanpa pernah tau bagaimana rasanya diucapkan selamat dengan tulus, aku terlalu biasa merangkul kala ia bersedih tanpa pernah mengerti bagaimana rasanya pelukan dan rangkulan kala aku yang bersedih. Berdikari mungkin sudah semendarah daging ini di jiwaku, selalu bersedia direpotkan tanpa mau merepotkan pun adalah salah satu upayaku untuk dianggap ada, selalu berusaha jadi yang paling jujur walau kadang mengancam hidupku sendiri pun seolah-olah telah menjadi rutinitas, namun aku selalu bersyukur menjadi manusia yang seperti ini.

Tuhan, aku benar-benar sendiri saat ini, bahkan akupun sukar percaya pada mereka yang berkata “I’ll stand beside you and hold your hand 24/7” serius aku sukar sekali percaya, maaf. Dijalani pun ini terlihat mulai gila, namun aku percaya pada “masa itu akan tiba”. Aku ingin segera membalas budi pada ragaku sendiri, membiarkan ia benar-benar bisa bermalas-malasan atas segala jerih payah yang telah diperjuangkan, sama-sama menikmati akhir dunia sampai waktu pulang itu tiba dan aku pun siap sedia tanpa ragu.

Semoga apa yang kusemogakan akan segera tersemogakan, karena perjuangan tak akan pernah mati.

Note : Tulisan ini dibuat sebelum aku sukses dan akan dibaca kembali setelah aku sukses, dan sebagai reminder.

mrioaldino

1 komentar





banner



Klook.com