-->
mrioaldino
mrioaldino Optimistic man!

COVID-19 : Please, Set Me Free!

Tidak ada komentar


Sebelumnya aku bahkan kita tidak pernah menyangka kalau akan ada musibah besar yang disebabkan oleh wabah di era modern seperti saat ini, namun apapun itu semua bisa saja terjadi jika tuhan berkehendak. Setidaknya dari akhir 2019 dunia menjadi kocar-kacir di bombardir wabah Corona Viruses atau biasa disebut COVID19 dan sudah sekitar 3 bulan pula rumahku Indonesia disinggahi oleh mikroba tak kasat mata ini. Apa yang terjadi sekarang dengan Indonesia? Wahh kacau men, penyebaran virus ini semakin massif dan hampir merata di seluruh wilayah Indonesia. Semua aspek kehidupan terkena dampak yang cukup signifikan buruknya mulai dari melemahmnya kualitas perekonomian negara, panic buying, akses dan tenaga kesehatan yang semakin kewalahan, hingga berbagai tindak kriminalitas kerap terjadi dikarenakan situasi yang rumit saat ini. Baik mereka yang telah terinfeksi maupun yang tidak terkontaminasi pun terkena dampak ini, mungkin saat ini hanya korona yang mampu membuat manusia harus merasa mawas diri dan lebih peka akan pentingnya kebersihan lingkunan, dan korona lah pula yang mampu memenjarakan jutaan umat manusia di rumah atau kediaman mereka sendiri.
Saat ini, ketika berkeliaran diluar rumah maka kemungkinan tubuh untuk terinfeksi COVID19 semakin besar mengingat jumlah kasus positif Korona di Indonesia sekarang saja sudah menembus angka lebih dari 20.000 kasus, that’s ironic and dreadful. Dilihat dari siklus cara masyarakat Indonesia dalam menanggapi kasus penyebaran virus ini pun bervariasi, sebagian oknum peduli akan tagar #StayAtHome, sebagian lagi membangkang dan merasa kebal akan segala-galanya, dan beberapa yang lain malah memanfaatkan momentum untuk mencari sensasi atau mencari keuntungan pribadi. Sulit memang untuk mengatur dan menyamakan isi kepala 200 juta lebih masyarakat di negeri ini, Indonesia negara multikultural yang terdiri atas ribuan bahkan jutaan adat dan kepercayaan maka tak heran jika kita hidup secara diversity dan multi-attitude pula, belum lagi kondisi geografisnya berupa kepulauan yang terpisah satu sama lain sehingga bisa saja mengakibatkan masyarakat tumbuh dengan ciri dan karakter keperibadian yang berbeda-beda pula bahkan berdasarkan daerah yang dihuni, sebagian ada yang berwatak keras, lembut, glamor, open-minded bahkan skeptic semuanya tumbuh dan hidup di Indonesia maka tak heran pula jika isu-isu toleransi sering menjadi salah satu bumbu sedap yang kerap di masak oleh media-media saat ini kemudian disajikan sebagai berita hangat karena mengandung high-rating. Kemajuan teknologi modern di era ini pun juga memiliki peran krusial bagi orang-orang dalam menyampaikan sikap akan suatu hal terutama dalam menanggapi isu Virus COVID19 ini, tak jarang pula akhir-akhir ini beberapa public figure kerap terseret kasus dalam memberikan tanggapan yang keliru perihal COVID19 melalui social media dan akhirnya  merekapun harus siap menanggung resiko terkena hukum sosmed ala netizen (Bullying attack), namun banyak pula dari mereka yang memanfaatkan peran positif social media dalam menyebarkan kebaikan dan keuntungan bagi sesama mulai menjadikanya sebagai sarana untuk menghimpun infaq sedekah atau sekedar membagikan informasi bermanfaat dan saling support. Beginilah sedikit gambaran mengapa masyarakat, kamu, aku, bahkan kita sangat sulit diatur ditengah pandemi ini ya salah satunya karena DNA kita yang beragam. Sedikit catatan kecil : mari belajar dari apa yang telah terjadi di Italy, dan mari berlajar pula dengan apa yang telah dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat Vietnam, keduanya saling kontradiktif dalam menangani pandemi ini dan banyak hal yang dapat kita jadikan pelajaran.
Pasca dua bulan lebih dirumah saja ternyata batin mulai tertekan menuntut kebebasan namun harus terus tertahan hingga batas waktu yang memungkingkan. Berbagai cara pun telah dilakukan untuk terlihat tetap produktif dan killing time, mulai dari berkumpul dengan keluarga, main game, nimbun cemilan, belajar, work out, beres-beres rumah, dan lain-lain lagi. Aku rindu juga nongkroong di kedai kopi kawanku, aku kangen juga ngebolang sana-sini tak karuan waktu, dan aku pun rindu untuk interview kerja kesana-kemari untuk sekedar menyambung kehidupan di Jakarta (Maaf aku masih nganggur baru lulus hee). Sekarang aku, kamu, dan kita tidak hanya berperang melawan pandewi COVID19 namun juga berperang melawan waktu, makin hari makin dituntut untuk sabar, makin kesini makin diingatkan untuk harus tetap hidup baik walau faktanya sulit. Bukan hanya kita di Indonesia, namun miliaran orang di dunia ini tengah menantikan kebebasannya, semua ingin kembali normal dan berharap bisa mampir kesana-kemari lagi tanpa harus dihantui rasa takut dan anxiety, dan ini untuk pertama kalinya pun aku merasa rela untuk disamakan oleh orang lain karena kenyataanya berbicara demikian, aku dan kalian sama-sama harus taat aturan, aku dan kalian sama-sama tekena imbasnya, lalu aku dan kalian memang sama-sama harus selalu sabar dan ikhlas dengan keadaan. Mungkin bukan ragaku, namun COVID19 benar-benar telah menyerang batinku, ada saatnya virus datang namun ada saatnya pula virus harus pulang, semoga tidak lama lagi ya kita kembali bisa berkumpul bersama tanpa harus terbelenggu ruang dan waktu lagi. Sungguh aku rindu dunia luarku. Kepada COVID19, please, set me free! Biarkan aku bebas dan sendiri tanpa harus kalian temani lagi.

mrioaldino

Komentar





banner



Klook.com