-->
mrioaldino
mrioaldino Optimistic man!

Zero Waste Cities : Bagaimana Sumbangsih Pemerintah?

1 komentar

 “Aduh, kok sungai nya makin bau dan kotor ya, terus kok ini sampahnya pada berserakan gak karuan. Ga becus nih pemerintahnya” Ujar seorang warga bak pengamat sampah

Berbicara tentang sampah tentu berbicara pula tentang sumber muasalnya serta berbagai kebijakan yang dilakukan dalam menanggulangi volume sampah yang tersebar. Berdasarkan artikel tekno.tempo.co (6/3/2020) perihal sumber timbunan sampah 2018 di Indonesia, sampah rumah tangga menjadi penyumbang terbesar yaitu dengan persentase 62 % diikuti sampah dari pasar traditional 13 %, pusat perniagaan 7 %, kantor 5 %, kawasan 4 %, fasilitas publik 3 %, dan sisanya 6 % berasal dari lainnya. Sedangkan dalam komposisi sampahnya pada tahun 2018, yang paling banyak adalah sampah sisa makanan sebesar 44 %, plastik 15 %, kertas 13 %, tekstil 3 %, logam 2 %, karet atau kulit 2 %, kaca 2 % dan lainnya 8 persen. Sementara itu, berdasarkan data dari The Environmental Performance Index (EPI), pemeringkatan negara terbersih di dunia merujuk pada 24 indikator kinerja di sepuluh kategori yang mencakup kesehatan lingkungan dan vitalitas ekosistem. Kategori ini pun meliputi kualitas udara, air dan sanitasi, penanganan limbah, keanekaragaman hayati, serta keberlanjutan. Saat ini, peringkat pertama sebagai negara terbersih di dunia adalah Denmark dengan skor EPI mencapai 82,5 %. Sementara Indonesia menempati posisi ke-117 sebagai negara terbersih di dunia dengan perolehan skor EPI 37,8 %. Sementara negara Asia Tenggara lain seperti Malaysia dan Thailand masing-masing menduduki peringkat ke-68 dan ke-78 dengan skor 47,9 % dan 45,4 %. Melihat fakta ini, tentu tidaklah mudah pekerjaan pemerintah untuk mewujudkan Negara Indonesia yang bersih dan bebas sampah dalam waktu singkat, mengingat wujud Negara Indonesia yang kepulauan dengan jumlah populasi mencapai 270 juta jiwa, dibutuhkan sinergi yang erat dari setiap elemen yang ada baik dari pemerintah itu sendiri maupun masyarakat.

Zero Waste Cities
Source : Olah Data Pribadi

Satu yang paling utama, kesadaran akan pentingnya pengelolaan limbah rumah tangga sangat diperlukan oleh setiap keluarga saat ini, mengingat sampah rumah tangga menjadi pemasok terbesar pada volume timbunan sampah nasional. Meskipun begitu, berbagai sosialisasi dan aturan yang telah dicanangkan pemerintah mengenai kebijakan pengelolaan sampah masih acap kali diabaikan oleh masyarakat setempat sepertihalnya program 3 R (Reduce, Reuse, Recycle). Masyarakat masih kerap kedapatan membuang sampah seenaknya terutama bagi mereka yang tinggal dikawasan padat penduduk seperti rusun atau diantara bantaran sungai. Jika perilaku ini tetap menjamur bukan tidak mungkin berbagai kerugian materil akan terus terjadi sepertialnya musibah banjir, pemanasan global, polusi lingkungan, hingga krisis air bersih atau sehat. Kepedulian akan pentingnya menciptakan lingkungan hidup yang bersih dan nyaman bukan hanya menjadi tugas pemerintah, melainkan masyarakat dan berbagai organisasi terkait perlu ambil peran dalam menentukan arah kebijakan pengelolaan sampah ini. 

Zero Waste Cities
Source : Olah Data Pribadi (freepik)

Akhir-akhir ini berbagai inisiatif pun telah di lakukan oleh berbagai kalangan untuk mensiasati problematika penumpukan sampah ini mulai dari meminimalisir penggunaan kantong plastik saat berbelanja, membawa botol minuman khusus sebagai pengganti botol minum kemasan, penggunaan sedotan pakai ulang, hingga berbagai aksi bersih-bersih sampah di kawasan pariwisata. Setidaknya, langkah kecil ini dapat menjadi awal yang baik dalam upaya merevolusi kebiasaan masyarakat dalam penanggulangan sampah kawasan. Perlu di ingat, tidak hanya manusia yang hidup di muka bumi ini, berbagai hewan, biota laut, dan tumbuhan pun juga memerlukan habitat yang asri dan layak huni maka dari itu mulailah untuk berhenti membuang sampah sembarangan.

Pemerintah Bisa Apa?

          Membeludaknya volume sampah di beberapa kawasan di Indonesia khususnya di kota-kota metropolitan seperti Jakarta dan sekitarnya tentu telah menjadi perhatian khusus bagi pemerintah setempat, sebuah PR besar menanti pemerintah era ini. Namun, semakin kesini nampaknya pemerintah daerah setempat masih kalang kabut dalam mencari formula dan solusi untuk menuntaskan masalah persampahan ini, tak sedikit masyarakat yang menilai bahwa peran pemerintah masih terlalu pasif dalam menanggapi tantangan ini. Belum lagi setiap tahunya populasi penduduk di Indonesia dan kota-kota besar selalu meningkat, tentu dengan tingginya traffic penduduk yang mendiami suatu kawasan maka tingkat konsumtif penduduk akan suatu produk turut meningkat, dan akibatnya volume sampah rumahan turut meroket. Jika peningkatan volume sampah tersebut tidak dibarengi dengan ketersediaan lahan TPS atau TPA yang cukup maka kawasan tersebut bisa saja terbenam oleh gundukan sampah yang membusuk dan sulit terurai. Sebagai contoh, tercatat pada tahun 2019, setidaknya terdapat 1.125 Tempat Pembuangan Sampah Sementara di DKI Jakarta atau bertambah 1% dari tahun sebelumnya yaitu 2018.  Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup pun status lahan TPS ini tidak hanya milik Pemda DKI Jakarta, namun ada beberapa milik perusahaan swasta dan milik warga pribadi.

Zero Waste Cities
Source : statistik.jakarta.go.id/

Salah satu saran yang dapat dipertimbangkan oleh pemerintah daerah setempat ialah dengan menghadirkan teknologi pendaur ulang sampah yang mutakhir, tentu untuk mewujudkan fasilitas ini pun tidaklah mudah, dibutuhkan modal, research mendalam, serta kerjasama berbagai pihak terkait agar rencana ini dapat terealisasikan. Sementara dalam Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pada tahun 2025 mendatang pemerintah menargetkan sampah akan terkurangi hingga 30 % dan tertangani sebesar 70 %. Dua indikator utama menjadi acuan dalam upaya merealisasikan target ini yaitu dilihat dari sisi pengurangan sampah dan sisi penanganan sampah. Indikator pengurangan sampah mencakup sejumlah hal seperti penurunan jumlah timbulan sampah per kapita, penurunan jumlah sampah yang diangkut ke tempat pemrosesan akhir, serta peningkatan jumlah sampah terpilah, terdaur ulang, dan termanfaatkan kembali. Disisi lain, untuk indikator penanganan sampah di antaranya dengan meningkatkan jumlah sampah terolah menjadi bahan baku, peningkatan jumlah sampah termanfaatkan menjadi sumber energi, dan penunuran jumlah sampah terproses akhir di tempat pemrosesan akhir.

Terobosan Zero Waste Cities, Untuk Apa?

         Merujuk pada Undang-Undang No. 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah, salah satu cara untuk menekan volume lonjakan sampah ialah dengan cara pengurangan sampah sejak dari sumbernya, dalam hal ini pemerintah harus bergerak aktif dalam mensosialisasikan berbagai program pengelolahan limbah rumah tangga kepada masyarakat. Untuk meringankan kinerja pemerintah sekaligus menawarkan aksi yang solutif, YPBB melalui proyek Asia Pacific Action Against Plastic Pollution: Reducing Land-Based Leakage of Plastic Waste in Philippines & Indonesia Through Zero Waste Systems and Product Redesign, dibawah supervisi MEF telah mengembangkan model pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan di kawasan pemukiman yaitu Zero Waste Cities. Program ini merupakan model pengelolaan sampah berwawasan lingkungan, berkelanjutan, dan terdesentralisasi di kawasan pemukiman. Konsep ini berfokus pada upaya reduksi dan penggunaan kembali produk-produk yang ada, lalu sisanya akan di daur ulang. Kegiatan ini pun bertujuan untuk menghidupkan gairah mayarakat agar dapat berpartisipasi aktif dalam proses penanggulangan limbah kawasan. Nantinya, sebuah kota tidak lagi memproduksi sampah ke tempat pemrosesan akhir (TPA) dalam sistem pengelolaannya; sampah mampu ditanggulangi secara 100% sehingga tak perlu lagi dibakar ataupun ditimbun seperti yang biasa dilakukan saat ini. Beberapa kota di Jawa Barat seperti Kota Bandung dengan Program KANGPISMAN, dan beberapa kota lain seperti Karawang, Cimahi dan sekitarnya telah gencar menggalakan program ini, dan diharapkan dalam waktu singkat mendatang edukasi mengenai Zero Waste Cities ini sudah dapat disosialisasikan secara menyeluruh hingga ke pelosok negeri.

Zero Waste Cities
Source : Dokumentasi Panitia

        Positifnya lagi, Zero Waste Cities dapat menjadi acuan pemerintah daerah setempat dalam menjawab keraguan masyarakat perihal peran aktif pemerintah dalam menaggulangi permasalahan sampah. Beberapa aktivitas dan tanggung jawab yang dapat dilakukan oleh pemerintah bersama NGO terkait melalui program ini seperti

  • Memberikan edukasi dari pintu ke pintu kepada warga,
  • Penerapan penuh sistem pengelolaan sampah di Kelurahan,
  • Pembentukan Dewan Pengelola Sampah Kelurahan,
  • Memberikan Pelatihan intensif kepada petugas pengelola sampah,
  • Ujicoba dan perbaikan sistem pengolahan sampah,
  • dan lain sebagainya.

Bersama pemerintah, untuk mendukung program Zero Waste Cities, masyarakat juga dituntut untuk aktif dalam melakukan aktivitas memilah sampah dari rumah sehingga akan memudahkan kinerja para petugas sampah yang tengah mengumpulkan sampah-sampah mereka. Berbagai keuntungan yang dapat di tuai jika masyarakat sadar akan pentingnya memilah antara sampah organik dan anorganik adalah dapat membuat lingkungan menjadi lebih bersih dan terawat, mengurangi sumber lahirnya penyakit, dapat memanfaatkan sampah organik menjadi pupuk kompos, memahami jenis-jenis sampah apa yang dapat di daur ulang, dan berbagai benefit lainya.  

Tantangan dan Tanggung Jawab Pemerintah di Masa Pandemi!

      Semakin kuat suatu bangsa maka semakin kuat pula badai yang akan menerpa, padanan kalimat ini sangatlah tepat untuk menggambarkan situasi yang tengah terjadi di Indonesia dewasa ini. Belum selesai satu pekerjaan rumah, pemerintah kembali dibebani oleh pekerjaan rumah lainya, pandemi Covid 19 yang telah berlangsung hampir satu tahun lamanya cukup membuat pemerintah kewalahan. Bagaimana tidak, kesehatan masyarakat menjadi prioritas terdepan pemerintah saat ini namun dengan tidak mengabaikan berbagai sektor penting lainya. Lantas, apa kaitanya Pandemi Covid 19 ini dengan permasalahan sampah yang terjadi di Indonesia? Dengan berbagai batasan aktivitas yang di alami masyarakat saat ini tentu dapat meningkatkan produksi sampah rumahan, berbagai kegiatan masyarakat banyak dialihkan dari rumah baik dalam pekerjaan kantoran maupun aktivitas pembelajaran siswa, belum lagi jika ingin melakukan berbagai aktivitas di luar rumah masyarakat dituntut untuk patuh terhadap protokol kesehatan sepertihalnya 3 M (Memakai Masker, Menjaga Jarak, dan Mencuci Tangan). Bila masyarakat terlalu larut dalam melakukan aktivitas dari rumah, bukan tidak mungkin perilaku konsumtif masyarakat terhadap berbagai produk rumahan akan turut meningkat, jika volume sampah rumahan melonjak namun tidak di dukung dengan kebijakan yang tepat sasaran tentu akan menimbulkan berbagai kerugian lain di masa pandemi seperti alur pembuangan sampah akhir yg tidak terorganisir, kurangnya tenaga pengangkut sampah, hingga polusi akibat limbah menumpuk. Tantangan sulit di masa pandemi ini harus segera dijawab oleh pemerintah pusat maupun daerah, sosialisasi mengenai pentingnya menjaga lingkungan agar tetap bersih dari sampah di masa pandemi dirasa sangat perlu di lakukan, disinilah peran sosial media dan media masa menjadi sangat vital dalam mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya memilah sampah rumahan.

Zero Waste Cities
Source : Dokumentasi Panitia

       Namun, ada satu pertanyaan mendasar lainya mengenai program Zero Waste Cities ini. Jika pemerintah dan masyarakat telah mengambil alih semua kebijakan perihal pengolahan limbah kawasan, bagaimana nasib mereka yang bekerja dan bergantung nasib pada sektor pemilahan sampah sepertihalnya pemulung dan pengepul sampah?. Sebenarnya hal ini tidak perlu di risaukan, kehadiran program Zero Waste Cities bukan untuk mematikan pendapatan para pelaku usaha di sektor informal ini, melainkan terobosan ini bisa saja menjadi salah satu bentuk tanggung jawab pemerintah untuk memberdayakan tenaga mereka, misalnya pemerintah daerah penyelenggara Zero Waste Cities ini dapat menjaring tenaga pemilah sampah dari mereka yang berkerja sebagai pemulung. Dengan pengawasan dan pelatihan yang mumpuni, tentu Zero Waste Cities dapat menyediakan lapangan pekerjaan baru pada sektor informal. Selain itu, kesadaran masyarakat era modern mengenai konsep hidup Zero waste lifestyle harus semakin di kuatkan, sosialisasi mengenai gaya hidup bebas dari sampah ini pun harus menjadi fokus pemerintah untuk jangka waktu yang panjang. Apapun itu mari berharap dan bertindak agar Indonesia dapat menjadi Negara yang bebas akan sampah dan sehat di mata masyarakat dunia.

Mau lebih paham mengenai Zero Waste Cities, simak video berikut ya!!

Disclaimer : Artikel ini orisinil dan belum pernah di terbitkan pada platform manapun. Artikel ini dibuat sebagai maksud mengikuti kompetisi menulis Blog yang di adakan oleh YPBBBANDUNG dan USAID dengan tema “ Pengelolaan Sampah Dari Kawasan, dan pilihan sub tema ZWC Mendorong Tanggung Jawab pemerintah untuk Pengolahan Sampah dari Kawasan

Source :

mrioaldino

1 komentar





banner



Klook.com