“kok cuaca di kota
Manna (sebuah kota di Bengkulu Selatan) sekarang panas banget ya, gak kayak
dulu pas kita masih kecil cuacanya adem dan kalau pun panas gak bakal nusuk
kulit” Ujar seorang teman yang sudah lama gak pulang kampung
Mendengar perkataan
tersebut akupun menyambung “kan sekarang pemanasan global udah mampir ke
kampung kecil kita, dan gak lagi tuh berlaku di kota-kota besar saja”
Dari percakapan ini aku
pun menyadari bahwa setiap perkembangan zaman akan menelurkan suatu perubahan
terutama tentang cuaca dan iklim, tak perduli dikordinat mana sekelompok manusia
tinggal maka pergeseran iklim itu akan tetap terjadi. Sedikit gambaran tentang
kota Manna, kota kecil di Bengkulu Selatan ini memiliki kondisi geografis yang
komplit dimana diapit diantara Gunung Dempo dan Laut Hindia. Dahulu ketika usiaku
masih se-Rafathar, kampungku ini sangat sejuk dan nyaman untuk ditinggali, para
pedagang sayur bersepeda masih kerap berkeliling kampung bahkan kota kecilku
ini sempat meyabet beberapa kali gelar kota adipura (sebuah penghargaan kota
terbersih). Namun, seiring berjalanya waktu modernsiasi tak hanya dialami oleh
para penduduk urban, para penduduk desa pun mau tak mau harus mengikuti
perkembangan ini tak terkecuali para penduduk dikampungku. Pedagan sayur sudah
mulai naik kelas menggunakan sepeda motor untuk menjajakan daganganya, para
nelayan di pesisir pun mulai melengkapi perahu dayung mereka menggunakan motor
mesin, ditambah lagi pembebasan lahan hutan untuk industri kelapa sawit pun
semakin masif dilakukan. Tentu tujuan dari penggunaan alat atau mesin berbahan
bakar tersebut ialah untuk efisiensi dan efektivitas pekerjaan mereka. Berkaca
pada fenomena tersebut, segala perubahan iklim yang terjadi dikampungku bahkan
dunia saat ini ialah buah dari aktivitas manusia itu sendiri. Jadi, seharusnya
bukanlah manusia yang bertanya mengapa kondisi alam sekarang tak menentu, namun
alam lah yang harus bertanya kepada manusia mengapa mereka begitu rakus
mengeksploitasi alam.
Setelah hampir 20 tahun
menetap di kampung, akupun mengadu nasib ke Ibukota Jakarta untuk melanjutkan
pendidikan sarjana. Sudah sekitar 6 tahun di kota besar, akupun mulai terbiasa
dengan berbagai situasi yang ditemui mulai dari perbedaan kultur, penyesuaian
gaya hidup masyarakat kota, hingga merasakan panasnya cuaca di kota
metropolitan ini. Untuk poin terakhir benar-benar tak dapat terhindarkan, tak
hanya kondisi cuaca yang tak menentu namun kondisi sanitasi yang buruk hingga
polusi suara dan karbon pun menjadi santapan sehari-hari kami yang tinggal di
ibukota. Disisi lain, salah satu pengalaman buruk yang biasa dialami oleh warga
Jakarta termasuk diriku pribadi ialah terperangkap dalam genangan banjir
tahunan ibukota. Banjir ini tak hanya menghambat mobilitas masyarakat, namun
dapat menjadi sumber penyakit seperti merebaknya wabah malaria dan penyakit
kulit lainya. Nah, setelah dipikir-pikir mau kita tinggal di kota besar ataupun
perkampungan kecil permasalahan iklim ini akan selalu mengikuti, lantas Dari
Banjir Ibukota hingga Perubahan Cuaca Dikampung Kecilku tersebut, Apakah Alam
Sudah Tidak Bersahabat lagi?
Penyebab kenaikan suhu dan dampak
Alam akan tetap
bersahabat dengan manusia bila manusia memperlakukan alam secara beradab,
perubahan iklim yang dialami saat ini tidak serta-merta terjadi begitu saja.
Ada beberapa faktor penyebab perubahan iklim terutama pada kenaikan suhu bumi
dan peningkatan gas rumah kaca, bahkan khusus di Indonesia sendiri berdasarkan
hasil temuan Institute for Essential
Services Reform (IESR)
dalam Climate Transparency Report menggarisbawahi
bahwa aksi iklim Indonesia masuk dalam kategori “highly insufficient” atau sangat tidak memadai dalam mengurangi
emisi gas rumah kaca. Penggunaan energi fosil mencapai 82% pada tahun 2020
membuat sektor energi sebagai penyumbang emisi gas rumah kaca (GRK) terbesar di
indonesia (45,7% selain emisi dari hutan dan penggunaan lahan) dikutip dari
website www.iesr.or.id. Terlepas
dari laporan diatas, berikut 4 sebab perubahan iklim yang terjadi.
#1. Rendahnya
Kesadaran dalam Melestarikan Alam
Sebab pertama ialah
rendahnya kesadaran manusia untuk menjaga dan melindungi lingkungan tempat
mereka tinggal. Bila dengan lingkungan sekitar saja kita acuh, bagaimana bisa
kita akan memperdulikan kehidupan makhluk lainya seperti hewan dan tumbuhan.
Rendahnya kesadaran untuk melestarikan alam ini didorong dengan kebiasaan buruk
seperti sering membuang dan membakar sampah sembarangan, padahal hal-hal kecil
seperti inilah yang dapat menjadi malapetaka bagi alam. Apakah kalian sadar
bahwa jutaan sampah manusia dilaut telah membunuh jutaan biota yang hidup di
laut?
#2. Masifnya
Urbanisasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian urbanisasi adalah perpindahan penduduk secara berduyun-duyun dari desa ke kota. Dari definisi ini kita dampat menyimpulkan bahwa membludaknya populasi di suatu kota besar ialah salah satu dampak dari urbanisasi. Sejumlah faktor pun melatarbelakangi masyarakat dalam melakukan urbanisasi seperti ingin meningkatkan taraf hidup diperkotaan, melanjutkan pendidikan, hinggan pindah tugas kerja. Nah, jika alur urbanisasi ini tak disikapi dengan bijak oleh pemerintah kota setempat maka berbagai hal buruk pun dapat saja terjadi seperti polusi karbon karena meningkatnya intensitas penggunaan kendaraan pribadi, berkurangnya ketersediaan air bersih, hingga menjamurnya area perkampungan kumuh. Hal-hal ini dapat mendorong terjadinya perubahan iklim seperti efek rumah kaca dan polusi udara.
#3. Eksploitasi
Sumber Daya Alam
Berdasarkan laporan databoks.katadata sejak tahun 2016
hingga 2021, sekitar 3,43 juta ha lahan hutan di Indonesia habis
terbakar. Karhutla tahunan terburuk di Indonesia pun terjadi pada tahun 2019 dimana
1,6 juta ha hutan dan lahan telah terbakar. Kebakaran hutan ini
adalah salah satu bentuk keserakahan dan eksploitasi alam yang dilakukan oleh manusia,
disamping penebangan pohon secara liar. Jika lahan hutan ini berkurang, maka
berbagai isu lingkungan harus siap kita hadapi mulai dari perubahan iklim
hingga kepunahan flora dan fauna. Dalam hal ini harus benar-benar ada satu
undang-undang yang memberikan efek jera kepada para pelaku agar situasi buruk
ini tak kembali terjadi dikemudian hari.
#4. Industrialisasi
& Penggunaan Zat Kimia
Fenomena
industrialisasi sudah ada sejak beberapa abad silam dan dipelopori oleh
sejumlah negara di dataran eropa, disisi lain salah satu sebab pergeseran iklim
saat ini ialah hasil dari gencarnya proses industrialisasi yang dilakukan
sejumlah negara di dunia tersebut. Industrialisasi harus dilakukan guna
mempercepat pertumbuhan ekonomi suatu wilayah industri terurtama kota-kota
besar, namun jika tidak dilakukan dengan prosedur yang bijak seperti
memperhatikan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) bukan tidak mungkin
bila aktivitas industrialisasi ini akan menjadi malapetaka bagi alam dan
lingkungan sekitar karena berbagai polusi yang dihasilkan seperti polusi asap
pabrik dan penggunaan bahan kimia yang berlebihan. Khusus cairan kimia yang
dihasilkan pabrik, hendaknya direvitalisasi dengan serius agar tak mencemari
sumber air bersih masyarakat disekitar lokasi industri.
Jadi itulah, beberapa
sebab mengapa perubahan iklim begitu cepat terjadi. Lalu, apa yang bisa kita
lakukan sebagai manusia yang perduli terhadap kelangsungan alam?
Himbauan
menjadi pahlawan lingkungan
Pahlawan lingkungan,
suatu padanan kata yang bisa disematkan pada mereka yang perduli terhadap
kehidupan makhluk lainya selain diri mereka pribadi. Untuk menjadi pahlawan
lingkungan ini pun sebenarnya gampang-gampang susah, kenapa? Gampangnya ya
karena sudah ada banyak sekali media yang dapat memfasilitasi aksi para
pahlawan lingkungan ini, dan sulitnya ialah ketika harus menjadi konsisten
serta melawan berbagai birokrasi yang menyulitkan aksi. Namun, tak perlu
terlalu pusing bila kita belum mampu melakukan suatu aksi yang besar #UntukmuBumiku, yang terpenting ialah
mari bersama-sama kita #TeamUpForImpact
atau saling bersinergi dan berkolaborasi dalam menjaga kelestarian lingkungan
sekitar. Kita dapat memulai dengan melakukan hal kecil seperti membuang sampah
pada tempatnya, mendukung penggunaan transportasi publik, gencar melakukan aski
penanaman pohon dan pemberishan saluran sanitasi, hingga gencar menyuarakan
kampanye #SaveEarth melalui sosial media. Berbicara tentang sosial media, tentu
saja kebebasan kita dalam mengakses sejumlah kanal media saat ini dapat menjadi
cara yang tepat dalam menghimbau dan mengajak masyarakat lainya untuk turut
berpartisipasi dalam aksi menjaga bumi dan lingkungan. Jangan berfikir tentang
seberapa banyak orang yang akan perduli dengan postinganmu tersebut, namun
mulailah berfikir bahwa setidaknya kamu telah beraksi dan berguna untuk alam.
Pahlawan lingkungan mungkin tak akan menjadi fenomenal seperti para pejuang
melawan penjajah, namun pahlawan lingkungan inilah yang dapat menjaga berbagai
nyawa lainya untuk tetap dapat hidup dengan nyaman di atas bumi.
Bergerak
lebih jauh dengan SDGs Nomor 13
Pernakah kalian
mendengar istilah Sustainable Development
Goals by Unied Nations? Jika belum, yuk kita bahas sedikit. Jadi, SDGs adalah
suatu rencana aksi global yang disepakati oleh banyak pemimpin dunia, termasuk
Indonesia, guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi
lingkungan. SDGs sendiri terdiri atas 17 Tujuan dan 169 Target yang diharapkan
dapat dicapai pada tahun 2030. Nah, secara spesifik mengenai isu perubahan
iklim sendiri maka kita dapat mengacu pada program SDGs nomor 13 yakni tentang
penanganan perubahan iklim. Disisi lain, masih terdapat sejumlah poin SDGs yang
dapat mendukung pelaksanaan aksi penanganan perubahan iklim ini seperti poin
nomor 7 mengenai energi bersih dan terjangkau, serta poin 14 dan 15 tentang
menjaga ekosistem laut dan darat. Dengan adanya program-program ini tentu dapat
menjadi acuan bagi masyarakat untuk bergerak lebih jauh dalam menjalankan
berbagai aksi pelestarian alam dan lingkungan. Jika sudah ada platform nya lalu
tunggu apa lagi? Yuk sama-sama kita perduli dengan alam dan makhluk hidup
lainya, mari jalin kembali persahabatan manusia dengan alam yang akhir-akhir
ini telah dirusak oleh sejumlah oknum yang tak bertanggung jawab.
Posting Komentar